Saat menyenangkan ini akankah terulang kembali ??? setelah pantai itu kini mulai terjamah akan keramaian dan keasriannya perlahan-lahan mulai terlupakan... |
Senin, 26 November 2012
13 September 2012 at Drini Beach
Sabtu, 24 November 2012
Pertanian Berkelanjutan ( Sustainable Agriculture)
Di Indonesia mayoritas masyarakatnya masih menggunakan system pertanian yang kompensonal, yaitu pertanian yang mengutamakan kualitas hasil dan produksi, sehingga pada prosesnya tentu kita sering mendengar kata pestisida bukan ?
Yah,
pestisida adalah yang paling sering digunakan oleh para petani di Indonesia
untuk memberantas hama dan penyakit pada tanaman pertanian mereka. Tanpa
disadari hal ini dapat menimbulkan efek yang tidak baik bagi lingkungan, yang
meliputi tanah, air , udara bahkan hasil tanaman itu sendiri mencakup buah,
biji, batang, daun, dll mengandung pestisida. Apakah dengan hal ini kita tidak
berpikir mengenai keberlangsungan hidup dimasa yang akan dating ?
Hal
yang sangat diharapkan dari munculnya system pertanian berkelanjutan adalah
para petani dan masyarakat dapat mengetahui tentang dampak dan keberlanjutan
dari proses pertanian yang selama ini telah diterapkan dan digunakan secara
luas.
Yang
menjadi titik berat dari system pertanian ini adalah keberlanjutan. Berlanjut
dalam hal ini berarti dapat dilaksanakan seterusnya, berlanjut pula secara
ekonomi artinya dalam system pertanian ini petani mendapatkan keuntungan
sehingga petani mau untuk bertani. Sehingga disini akan terciptanya
keselarasan dalam system ini. Sehingga pertanian ini dapat dilakukan bukan
hanya kita (pada saat ini) juga bisa dilakukan oleh anak cucu kita kelak.
Pertanian
berkelanjutan bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input
eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Pertanian
berkelanjutan merupakan tahapan penting dalam menata ulang struktur agraria dan
membangun sistem ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi
dalam kerangka pembaruan agraria.
Menurut
Gips, suatu sistem pertanian itu bisa disebut berkelanjutan jika memiliki
sifat-sifat sbb:
- Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian itu sendiri
- Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi pelaksana pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi. Masing-masing pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya
- Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya tanpa dibatasi dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain
- Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah ada
- Luwes yang berarti mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, dengan demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi dinamis bisa mengakomodir keinginan konsumen maupun produsen.
Pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya
yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak
dapat diperbaharui (unrenewable resources), untuk proses produksi
pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.
Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan
kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang
berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah
terhadap lingkungan.
Salah
satu alasan mengapa harus berlanjut adalah pengalaman selama ini dimana input
tinggi telah menyebabkan degradasi lahan secara nyata. Sebagai contoh
penggunaan pestisida yang berlebihan menyebabkan resurgensi, resistensi dan
munculnya hama penyakit sekunder.
Penggunaan
pupuk yang berlebihan malah menyebabkan pertemubuhan vegetatif yang tak
diinginkan dan di daerah hilir menyebabkan eutrifikasi (suburnya perairan
akibat akumulai hara oleh aliran air). Lahan sebagai penopang utama telah
rusak, maka akan sangat mahal biaya yang harus dikeluarkan dan dimasa yang akan
datang anak cucu hanya ditinggali barang sisa kurang bermutu. Pada hal harapakn
kita semua generasi yang akan datang harus lebih baik daripada generasi saat
ini.
Langkah
yang bisa ditempuh adalah pertama meningkatkan kesadaran pertanian
berkelanjutan. Kedua setiap pihak yang berkait dengan pertanian melaksanakan
prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan. Ketiga dukungan konsumen yang tidak
mengkonsumsi produk pertanian yang tidak ramah lingkungan.
Langkah
operasional yang bisa dilaksanakan adalah : melaksanakan pengolahan tanam
minimal, sebanyak mungkin menggunakan pupuk organik, melaksanakan pengendalian
hama penyakit dengan bahan yang ramah lingkungan.
Sumber
:
Selasa, 13 November 2012
Minggu, 11 November 2012
Konservasi Tanah dan Air pada Perkebunan Kelapa Sawit
a.
Konservasi
Tanah dan Air
Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan
setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar
tidak terjadi kerusakan tanah.
Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan
sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang
rusak oleh erosi.
Konservasi air pada
prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian
seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang
merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang
tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya.
Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang
berhuibungan erat sekali; berbagai tindakankonservasi tanah adalah juga
tindakan konservasi air. (Sumber: Sitanala
Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press).
Secara singkat konservasi tanah dan air atau sering
disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas
dan kualitas air. Apabila tingkat produktivitas tanah menurun, terutama
karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan
manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang.
Konservasi tanah pada umumnya terdapat di berbagai tempat yang secara nyata
berdampak pada perbandingan panjang kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air
hingga tanah menyusut. Lalu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
konservasi air dalam rangka pengontrolan erosi dimana kemiringan tanah yang
telah ditentukan dalam persen dan panjang kemiringan tanah yang disebut dengan
system cropping.
b.
Metode
Konservasi Tanah dan Air
Teknologi yang
diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan
didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada sebidang tanah. Metode
konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
a.
Metode
vegetatif
Metode vegetatif adalah
suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana
konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk
mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki
struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian
unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk
konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover
crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan
tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan
tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman rumput
kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain,
yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara
rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan sisa tanaman
untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau. Dengan mulsa
maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah, sedangkan
dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah
(Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari
tanaman penutup tanah, antara lain:
1. Dapat
berkembang dan daunnya banyak.
2. Tahan
terhadap pangkasan.
3. Mudah
diperbanyak dengan menggunakan biji.
4. Mampu
menekan tanaman pengganggu.
5. Akarnya
dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok.
6. Tahan
terhadap penyakit dan kekeringan.
7. Tidak
berduri dan bersulur yang membelit.
Selain dengan penanaman
tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya adalah:
1. Tanaman
dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
·
Membagi lereng agar menjadi lebih
pendek.
·
Dapat menghambat atau mengurangi laju
aliran permukaan.
·
Menahan partikel-partikel tanah yang
terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe
tanaman lajur berseling adalah:
·
Countur strip cropping, adalah penanaman
berselang berdasarkan garis kontur.
·
Field strip cropping, digunakan untuk
kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur dapat melewati garis kontur,
tetapi tanaman tidak melewati garis kontur.
·
Wind strip cropping, digunakan pada
lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam dengan jalur tanaman tegak
lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan kelerengan.
·
Buffer strip cropping, adalah lajur
tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau legume sebagai penyangga.
2. Menanam
secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 – 18 %
dengan tujuan untuk
memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.
3. Pergiliran
tanaman (crop rotation).
4. Reboisasi
atau penghijauan.
5. Penanaman
saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang
agar tidak rusak.
b.
Metode
mekanik
Cara mekanik adalah
cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik
seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk
memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan
mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode
mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah.
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit,
menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan
memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi
secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi
banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis
tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang
ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta
melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak
merusak.
Pengolahan tanah
menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan,
pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur
tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan
menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang
konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur
adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan
air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim
kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi
ini.
Pembuatan terras adalah
untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih
banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief,
1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi
panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.
c.
Metode
kimia
Kemantapan struktur
tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah
terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi,
yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam
hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap
erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai
soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas
agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan
terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang.
Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat
yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan bahan-bahan
pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru dibuka
sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
·
Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih
merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat
didayagunakan dengan efektif.
·
Pada waktu penyiapan lahan tersebut
telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
·
Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan
yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan banyak terangkut atau
rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan
berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya.
c.
Konservasi
Tanah dan Air yang ada di daerah saya
Dalam paper kali ini
akan saya bahas mengenai konservasi tanah dan air pada perkebunan kelapa sawit.
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dibudidayakan di daerah Ketapang
Kalimantan Barat. Didalam budidaya tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi
pembukaan lahan/ kebun atau Land Clearing (LC), teknik pembibitan dan
pemeliharaannya, kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman
belum menghasilkan) dan TM (tanaman menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan
buah sawit. Konservasi tanah dapat dilakukan dengan cara memupuk tanaman dengan
pupuk organik maupun kimia untuk menambah kesuburan tanah, sedangkan sistem
perairannya meliputi sistem irigasi di daerah perkebunan kelapa sawit itu
sendiri, diantaranya :
1. Sistim
irigasi manual
2. Sistim
irigasi semi manual
3. Sistem
irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (kirico) yang
bertekanan.
4.
Salah
satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam
Usaha perkebunan kelapa
sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun sebagian besar
terdiri dari tanah mineral podsolik merah kuning (48,1%), tanah berpasir
(33,6%) dan tanah gambut (17,5%). Afdeling OS memiliki topografi relatif datar
sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%. Tanah mineral pada kebun ini memiliki
keterbatasan daya resap air serta tingginya aliran permukaan dan erosi tanah.
Sementara diketahui bahwa kesuburan tanah sebagian besar berada pada lapisan
atas yang mengandung bahan organik. Jika lapisan tanah bagian atas mengalami
erosi, tanah tersebut akan menjadi miskin hara. Sebagian kondisi tanah pada
kebun merupakan tanah berpasir, sehingga sangat sulit untuk menyerap air. Pada
lahan gambut, faktor yang mempengaruhi adalah kandungan unsur hara serta keadaan
drainase kebun.
Sistem pemupukan bertujuan
untuk meningkatkan pasokan hara tanah serta memperbaiki sifat fisik tanah
tersebut. Menurut Atmojo (2003), bahan organik tanah merupakan salah satu bahan
pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar
partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik
penting dalam pembentukan struktur tanah. Kondisi tanah berpasir pada sebagian tanah
mineral akan sangat efektif bila diaplikasikan bahan organik pupuk kandang ini.
Pemberian pupuk kandang pada tanah berpasir akan meningkatkan pori berukuran
menengah serta menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan
kemampuan menahan air. Selain dengan cara pemupukan juga dapat dilakukan dengan
menggemburkan tanah dengan alat berat seperti traktor dll.
Sedangkan untuk sistem pengairan
dan konservasi airnya meliputi kecukupan kebutuhan air bagi tanaman bergantung
pada kondisi tanaman, tanah, dan iklim. Perhitungan kecukupan air tanaman
kelapa sawit untuk tujuan praktis di lapangan dapat dilakukan dengan asumsi
umum yaitu bahwa keseimbangan air merupakan jumlah air dari curah hujan
ditambah dengan cadangan awal air dalam tanah kemudian dikurangi dengan
evapotranspirasi (Darmosakoro et al.,2001). Selain air didapat dari
curah hujan, ada hal lain yang sengaja dibuat untuk mempertahankan air diarea
perkebunan kelapa sawit, yaitu dengan dibuatnya suatu bentuk parit-parit yang
dapat menunjang sistem perairan disekitar lahan.
d.
Sumber
Anonym, 2012. Dalam http://dishutbun.kayongutarakab.go.id/?page_id=186.
Diakses pada tanggal 12 November 2012.
Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air.
Bogor: IPB Press. Dalam http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Konservasi-tanah-dan-air-pada-perkebunan-kelapa-sawit-Elaeis-guineensis-Jacq.-PT-Sari-Lembah-Subur-Pelalawan-Riau.pdf.
Diakses
pada tanggal 4 November 2012.
Wikipedia, 2012. Dalam wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ketapang.
Diakses pada tanggal 12 November 2012.
Lampiran
Pembuatan Parit |
Penggemburan tanah menggunakan alat berat |
Kondisi Perkebunan Kelapa Sawit |
Penggunaan Mulsa |
Langganan:
Postingan (Atom)